Wednesday, April 29, 2015

MAKALAH ISLAM DAN TASAWUF


PENDAHULUAN

Al-Qur`an dan hadis bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang gerak manusia. Al-Qur`an dan hadis adalah panduan hidup yang menggiring manusia menuju ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempurna adalah kebahagiaan yang meliputi dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat. Kebahagiaan di dunia dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram. Kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan bertemu dan berkomunikasi dengan Allah.
Tasawuf dalam dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.  Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha yang mengarah kepada pensucian jiwa terdapat di dalam kehidupan tasawuf. Tasawuf merupakan suatu ajaran untuk mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu dengan Allah melalui jalan dan cara, yaitu maqâmât dan ahwâl. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Karena rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah presentasi yang berjudul ISLAM DAN TASAWUF. Dalam makalah ini saya akan mencoba memaparkan beberapa persoalan yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu Pengertian dan tujuan tasawuf, pandangan umat islam terhadap tasawuf, dan stasiun-stasiun dalam tasawuf.

RUMUSAN MASALAH

1.  Apa pengertian dan tujuan dari tasawuf ?

2.  Bagaimana pandangan umat islam terhadap tasawuf ?
3.  Sebutkan dan jelaskan satsiun-stasiun dalam tasawuf ?


PEMBAHASAN


     1.     PENGERTIAN DAN TUJUAN TASAWUF


Pengertian Tasawuf

Tasawuf sendiri Secara bahasa diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam.

Menurut Syekh Ahmad ibn Athaillah yang diterjemahkan oleh Abu Jihaduddin Rafqi al-Hānif :

a.  Berasal dari kata suffah (صفة)= segolongan sahabat-sahabat Nabi yang menyisihkan dirinya di serambi masjid Nabawi, karena di serambi itu para sahabat selalu duduk bersama-sama Rasulullah untuk mendengarkan fatwa-fatwa beliau untuk disampaikan kepada orang lain yang belum menerima fatwa itu.

b.  Berasal dari kata sūfatun (صوفة)= bulu binatang, sebab orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu binatang dan tidak senang memakai pakaian yang indah-indah sebagaimana yang dipakai oleh kebanyakan orang.

c.  Berasal dari kata sūuf al sufa’ (صوفة الصفا)= bulu yang terlembut, dengan dimaksud bahwa orang sufi itu bersifat lembut-lembut.

d.  Berasal dari kata safa’ (صفا)= suci bersih, lawan kotor. Karena orang-orang yang mengamalkan tasawuf itu, selalu suci bersih lahir dan bathin dan selalu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang kotor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.

Dari segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.

Dengan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Tasawuf ialah kesadaran yang murni (fitrah) yang mengarahkan jiwa yang benar kepada amal dan kegiatan yang sungguh-sungguh menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mendapatkan perasaan berhubungan yang erat dengan wujud Yang Mutlak (Tuhan).


Artinya: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (Q.S Asy-Syuura [42] : 20).

Tujuan Tasawuf

1).  Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral. Tasawuf yang bertujuan moralitas ini, pada umumnya bersifat praktis.

2).  Tasawuf yang bertujuan ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung. Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang diformulasikan secara sistimatis analitis.

3).  Tasawuf yang bertujuan untuk membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara Tuhan dengan makhluk, terutama hubungnan manusia dengan Tuhan dan apa arti dekat dengan Tuhan.dalam hal apa makna dekat dengan Tuhan itu, terdapat tiga simbolisme yaitu; dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati, dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia dengan Tuhan dan makan dekat yang ketiga adalah penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga yang terjadi adalah menolong antara manusia yang telah menyatu dalam iradat Tuhan.

     2.     PANDANGAN UMAT ISLAM TENTANG TASAWUF


Mengenai asal-usul tasawuf, para ahli berbeda pendapat. Ada satu pendapat yang sering di tulis dalam buku-buku mengenai tasawuf di indonesia. Pendapat itu mengatakan tasawuf berasal dari kata suf, artinya bulu domba kasar. Orang-orang yang memakai pakaian itu di sebut orang-orang sufi atau mutasawwif.

Namun menurut Anne Marie Schimmel, sejarah dan pengajar tasawuf pada Universitas Harvard,Amerika Serikat sulit mendefinisikan perkataan tasawuf secara lengkap. Oleh karena itu, At-Taftazani seorang pengamat atau peneliti tasawuf,tidak merumuskan definisi tasawuf.
Sebelum Rabi’ah al-Adawiyah (w.ataum.810 M/185 H), tujuan tasawuf yang di upayakan oleh zahid, menurut para ahli, adalah terciptanya kehidupan yang di ridhai allah di dunia ini, sehingga di akhirat (kelak) terlepas dari azab neraka dan masuk ke dalam surga-Nya.

Para zahid seperti al-Hasan al-Basri misalnya, berusaha mengembangkan sikap zuhud,takut kepada Allah dan perasaan keberagaman lain,karena yakin bahwa kehidupan yang di dasarkan pada rasa dan sikap batin seperti itulah yang sesuai dengan semangat Islam. Sedang kehidupan bermewah-mewah yang berkembng di kalangan penguasa dan sebagian umat Islam telah menjurus pada kehidupan yang jauh dari semangat Islam, dan niscaya (akan) menjerumuskan para pelakunya ke neraka di akhirat.
Tasawuf juga berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dapat di lihat ayat-ayat dan hadist-hadist yang menggambarkan dekatnya manusia dengan tuhan. Di antaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 186 dan ayat 115:


Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".  (QS.al-Baqarah: 186)


Artinya :”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Mahamengetahui”. (QS.al-Baqarah: 115)


Dan dalam surat Qaaf ayat 16


Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (QS. Qaf: 16)


     3.     STASIUN – STASIUN PADA STASIUN

Ada empat macam tahapan yang harus dilalui oleh seorang hamba yang menekuni ajaran tasawuf untuk mencapai suatu tujuan yang disebut sebagai “As-Sa’adah” menurut Imam Al-Ghazali dan “Insanul Kamil” menurut Muhyiddin bin ‘Arabiy, diantaranya sebagai berikut 

Syari’at

adalah hukum-hukum yang telah diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah ditetapkan oleh ulama melalui sumber nash Al-Qur’an maupun Al-Hadits atau dengan cara istimbat yaitu hukum-hukum yang telah diterangkan dalam ilmu Tauhid, Fiqh dan Tasawuf. Isi syari’at mencakup segala macam perintah dan larangan dari Allah SWT. Perintah-perintah itu disebut sebagai istilah ma’ruf yang meliputi perbuatan yang hukumnya wajib atau fardhu, sunnah, mubah atau membolehkan. Sedangkan larangan-larangan dari Allah SWT. disebut dengan munkar yang meliputi perbuatan yang hukumnya haram dan makruh. Baik yang ma’ruf maupun munkar sudah ada petunjuknya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Tarekat

adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah dengan tekun dan menjauhkan dari sikap mempermudah ibadah yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah (diremehkan). Kata tarekat dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi amaliah ibadah dan dari sisi organisasi (perkumpulan). Sisi amaliah ibadah merupakan latihan kejiwaan, baik yang dilakukan oleh seorang atau secara bersama-sama, dengan melalui dan mentaati aturan tertentu untuk mencapai tingkatan kerohanian yang disebut maqamat ataual-ahwal, yang mana latihan ini diadakan secara berkala yang juga dikenal dengan istilahsuluk.

Sedangkan dari sisi organisasi maka tarekat berarti sekumpulan salik (orang yang melakukan suluk) yang sedang menjalani latihan kerohanian tertentu yang bertujuan untuk mencapai tingkat atau maqam tertentu yang dibimbing dan dituntun oleh seorang guru yang disebut mursyid. 

Adapun tingkatan maqam tarekat tersebut antara lain menurut Abu Nashr As-Sarraj adalah sebagai berikut :

a.      Tingkatan Taubah
b.      Tingkatan Wara’
c.      Tingkatan Az-Zuhd
d.      Tingkatan Al-Faqru
e.      Tingkatan Al-Shabru
f.       Tingkatan At-Tawakkal
g.      Tingkatan Ar-Ridha


Hakikat

Adalah suasana kejiwaan seorang salik (sufi) ketika ia mencapai suatu tujuan tertentu sehingga ia dapat menyaksikan tanda-tanda ketuhanan dengan mata hatinya. Hakikat yang didapatkan oleh seorang sufi setelah lama menempuh  tarekat dengan melakukan suluk, menjadikan dirinya yakin terhadap apa yang dialami dan dihadapinya. Karena itu seorang sufi sering mengalami tiga macam tingkatan keyakinan, yaitu :

a).  ‘Ainul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh pengamatan indera terhadap alam semesta, sehingga menimbulkan keyakinan tentang kebenaran Allah SWT. sebagai penciptanya.


b).  ‘Immul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh analisis pemikiran ketika melihat kebesaran Allah SWT. pada alam semesta ini.

c).  ‘Haqqul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan yang didominasi oleh hati nurani sufi tanpa melalui ciptaan-Nya, sehingga ucapan dan tingkah lakunya mengandung nilai ibadah kepada Allah SWT. Maka kebenaran Allah SWT. langsung disaksikan oleh hati, tanpa bisa diragukan oleh keputusan akal.

Pengalaman batin yang sering dialami oleh seorang sufi melukiskan bahwa betapa erat kaitan antara hakikat dengan ma’rifat, di mana hakikat itu merupakan tujuan awal tasawuf, sedangkan ma’rifat merupakan tujuan akhirnya.

Ma’rifat,

adalah hadirnya kebenaran Allah SWT. pada seseorang sufi dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan nur Ilahi. Ma’rifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan dalam akal pikiran. Barang siapa meningkatkan ma’rifatnya, maka meningkat pula ketenangan hatinya.

Akan tetapi tidak semua sufi dapat mencapai pada tingkatan ini, karena itu sesorang yang sudah sampai pada tingkatan ma’rifat ini memiliki tanda-tanda tertentu, antara lain :

a).  Selalu memancar cahaya ma’rifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya.   
b).  Tidak menjadikan keputusan pada suatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran tasawuf belumtentu benar.
c).  Tidak menginginkan nikmat Allah SWT. yang banyak dirinya, karena hal itu bisa membawanya pada hal yang haram.

Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seseorang sufi tidak menginginkan kemewahan dalam hidupnya, kiranya kebutuhan duniawi sekedar untuk menunjang ibadahnya, dan tingkatan ma’rifat yang dimiliki cukup menjadikan ia bahagia dalam hidupnya karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuhannya.

KESIMPULAN

Pengertian tasawuf ialah kesadaran yang murni (fitrah) yang mengarahkan jiwa yang benar kepada amal dan kegiatan yang sungguh-sungguh menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mendapatkan perasaan berhubungan yang erat dengan wujud Yang Mutlak (Tuhan).

Tujuan tasawuf adalah

1.  Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral.
2.  Tasawuf yang bertujuan ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung
3.  Tasawuf yang bertujuan untuk membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah

Tasawuf juga berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dapat di lihat ayat-ayat dan hadist-hadist yang menggambarkan dekatnya manusia dengan tuhan. Di antaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 186 dan ayat 115.

Stasiun-stasiun dalam tasawuf adalah

1.                  Syari’at
2.                  Tarekat
3.                  Hakikat
4.                  Ma’rifat






REFERENSI

http://muthiaesa.blogspot.com/2013/10/pandangan-umat-islam-terhadap-tasawuf.html

1 comment: