PENDAHULUAN
Al-Qur`an dan hadis
bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang gerak manusia.
Al-Qur`an dan hadis adalah panduan hidup yang menggiring manusia menuju
ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempurna adalah
kebahagiaan yang meliputi dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat.
Kebahagiaan di dunia dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram. Kebahagiaan
akhirat adalah kebahagiaan bertemu dan berkomunikasi dengan Allah.
Tasawuf dalam dunia
Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai ilmu, sebelumnya dipelajari
sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Manusia pada dasarnya adalah suci, maka
kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan
naluri manusia. Usaha yang mengarah kepada pensucian jiwa terdapat di dalam
kehidupan tasawuf. Tasawuf merupakan suatu ajaran untuk mendekatkan diri
sedekat mungkin dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu dengan Allah melalui
jalan dan cara, yaitu maqâmât dan ahwâl. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur
kepada Allah SWT, Karena rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah presentasi yang berjudul ISLAM DAN TASAWUF. Dalam makalah ini
saya akan mencoba memaparkan beberapa persoalan yang berhubungan dengan
tasawuf, yaitu Pengertian dan tujuan tasawuf, pandangan umat islam terhadap
tasawuf, dan stasiun-stasiun dalam tasawuf.
RUMUSAN
MASALAH
2. Bagaimana pandangan umat islam terhadap tasawuf ?
3. Sebutkan dan jelaskan satsiun-stasiun dalam tasawuf ?
PEMBAHASAN
Pengertian
Tasawuf
Tasawuf sendiri Secara
bahasa diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk
mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir
dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya
merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam.
Menurut Syekh Ahmad ibn Athaillah yang diterjemahkan oleh
Abu Jihaduddin Rafqi al-Hānif :
c. Berasal
dari kata sūuf al sufa’ (صوفة الصفا)=
bulu yang terlembut, dengan dimaksud bahwa orang sufi itu
bersifat lembut-lembut.
d. Berasal dari kata safa’ (صفا)= suci bersih, lawan kotor. Karena orang-orang yang mengamalkan tasawuf itu, selalu suci bersih lahir dan bathin dan selalu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang kotor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.
Dari segi linguistik (kebahasaan)
ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada
hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Dengan uraian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa Tasawuf ialah kesadaran yang murni (fitrah) yang
mengarahkan jiwa yang benar kepada amal dan kegiatan yang sungguh-sungguh
menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan,
untuk mendapatkan perasaan berhubungan yang erat dengan wujud Yang Mutlak
(Tuhan).
Artinya: “Barang siapa
yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya
dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya
sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di
akhirat”. (Q.S Asy-Syuura [42] : 20).
Tujuan
Tasawuf
2. PANDANGAN UMAT ISLAM TENTANG TASAWUF
Mengenai asal-usul
tasawuf, para ahli berbeda pendapat. Ada satu pendapat yang sering di tulis
dalam buku-buku mengenai tasawuf di indonesia. Pendapat itu mengatakan tasawuf
berasal dari kata suf, artinya bulu domba kasar. Orang-orang yang memakai
pakaian itu di sebut orang-orang sufi atau mutasawwif.
Namun menurut Anne
Marie Schimmel, sejarah dan pengajar tasawuf pada Universitas Harvard,Amerika
Serikat sulit mendefinisikan perkataan tasawuf secara lengkap. Oleh karena itu,
At-Taftazani seorang pengamat atau peneliti tasawuf,tidak merumuskan definisi
tasawuf.
Sebelum Rabi’ah
al-Adawiyah (w.ataum.810 M/185 H), tujuan tasawuf yang di upayakan oleh zahid,
menurut para ahli, adalah terciptanya kehidupan yang di ridhai allah di dunia
ini, sehingga di akhirat (kelak) terlepas dari azab neraka dan masuk ke dalam
surga-Nya.
Para zahid seperti
al-Hasan al-Basri misalnya, berusaha mengembangkan sikap zuhud,takut kepada
Allah dan perasaan keberagaman lain,karena yakin bahwa kehidupan yang di
dasarkan pada rasa dan sikap batin seperti itulah yang sesuai dengan semangat
Islam. Sedang kehidupan bermewah-mewah yang berkembng di kalangan penguasa dan
sebagian umat Islam telah menjurus pada kehidupan yang jauh dari semangat
Islam, dan niscaya (akan) menjerumuskan para pelakunya ke neraka di akhirat.
Tasawuf juga
berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dapat di lihat ayat-ayat dan hadist-hadist
yang menggambarkan dekatnya manusia dengan tuhan. Di antaranya terdapat dalam
surat Al-Baqarah ayat 186 dan ayat 115:
Artinya: "Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran". (QS.al-Baqarah:
186)
Artinya :”Dan kepunyaan
Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah
Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Mahamengetahui”.
(QS.al-Baqarah: 115)
Dan dalam surat Qaaf
ayat 16
Artinya : "Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (QS.
Qaf: 16)
3. STASIUN – STASIUN PADA STASIUN
Ada empat macam tahapan
yang harus dilalui oleh seorang hamba yang menekuni ajaran tasawuf untuk
mencapai suatu tujuan yang disebut sebagai “As-Sa’adah” menurut Imam Al-Ghazali
dan “Insanul Kamil” menurut Muhyiddin bin ‘Arabiy, diantaranya sebagai berikut
Syari’at
Syari’at
adalah hukum-hukum yang
telah diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
ditetapkan oleh ulama melalui sumber nash Al-Qur’an maupun Al-Hadits atau
dengan cara istimbat yaitu hukum-hukum yang telah diterangkan dalam ilmu
Tauhid, Fiqh dan Tasawuf. Isi syari’at mencakup segala macam perintah dan
larangan dari Allah SWT. Perintah-perintah itu disebut sebagai istilah ma’ruf
yang meliputi perbuatan yang hukumnya wajib atau fardhu, sunnah, mubah atau
membolehkan. Sedangkan larangan-larangan dari Allah SWT. disebut dengan munkar
yang meliputi perbuatan yang hukumnya haram dan makruh. Baik yang ma’ruf maupun
munkar sudah ada petunjuknya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
adalah pengamalan
syari’at, melaksanakan beban ibadah dengan tekun dan menjauhkan dari sikap
mempermudah ibadah yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah (diremehkan).
Kata tarekat dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi amaliah ibadah dan
dari sisi organisasi (perkumpulan). Sisi amaliah ibadah merupakan latihan
kejiwaan, baik yang dilakukan oleh seorang atau secara bersama-sama, dengan
melalui dan mentaati aturan tertentu untuk mencapai tingkatan kerohanian yang
disebut maqamat ataual-ahwal, yang mana latihan ini diadakan secara berkala
yang juga dikenal dengan istilahsuluk.
Sedangkan dari sisi
organisasi maka tarekat berarti sekumpulan salik (orang yang melakukan suluk)
yang sedang menjalani latihan kerohanian tertentu yang bertujuan untuk mencapai
tingkat atau maqam tertentu yang dibimbing dan dituntun oleh seorang guru yang
disebut mursyid.
Adapun tingkatan maqam
tarekat tersebut antara lain menurut Abu Nashr As-Sarraj adalah sebagai berikut
:
a. Tingkatan
Taubah
b. Tingkatan
Wara’
c. Tingkatan
Az-Zuhd
d. Tingkatan
Al-Faqru
e. Tingkatan
Al-Shabru
f. Tingkatan
At-Tawakkal
g. Tingkatan
Ar-Ridha
Adalah suasana kejiwaan
seorang salik (sufi) ketika ia mencapai suatu tujuan tertentu sehingga ia dapat
menyaksikan tanda-tanda ketuhanan dengan mata hatinya. Hakikat yang didapatkan
oleh seorang sufi setelah lama menempuh
tarekat dengan melakukan suluk, menjadikan dirinya yakin terhadap apa
yang dialami dan dihadapinya. Karena itu seorang sufi sering mengalami tiga
macam tingkatan keyakinan, yaitu :
b). ‘Immul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan
yang ditimbulkan oleh analisis pemikiran ketika melihat kebesaran Allah SWT.
pada alam semesta ini.
c). ‘Haqqul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan
yang didominasi oleh hati nurani sufi tanpa melalui ciptaan-Nya, sehingga
ucapan dan tingkah lakunya mengandung nilai ibadah kepada Allah SWT. Maka
kebenaran Allah SWT. langsung disaksikan oleh hati, tanpa bisa diragukan oleh
keputusan akal.
Ma’rifat,
Pengalaman batin yang
sering dialami oleh seorang sufi melukiskan bahwa betapa erat kaitan antara
hakikat dengan ma’rifat, di mana hakikat itu merupakan tujuan awal tasawuf,
sedangkan ma’rifat merupakan tujuan akhirnya.
adalah hadirnya
kebenaran Allah SWT. pada seseorang sufi dalam keadaan hatinya selalu
berhubungan dengan nur Ilahi. Ma’rifat membuat ketenangan dalam hati,
sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan dalam akal pikiran. Barang
siapa meningkatkan ma’rifatnya, maka meningkat pula ketenangan hatinya.
Akan tetapi tidak semua
sufi dapat mencapai pada tingkatan ini, karena itu sesorang yang sudah sampai
pada tingkatan ma’rifat ini memiliki tanda-tanda tertentu, antara lain :
b). Tidak menjadikan keputusan pada suatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran tasawuf belumtentu benar.
c). Tidak menginginkan nikmat Allah SWT. yang banyak dirinya, karena hal itu bisa membawanya pada hal yang haram.
Dari sinilah kita dapat
melihat bahwa seseorang sufi tidak menginginkan kemewahan dalam hidupnya,
kiranya kebutuhan duniawi sekedar untuk menunjang ibadahnya, dan tingkatan
ma’rifat yang dimiliki cukup menjadikan ia bahagia dalam hidupnya karena merasa
selalu bersama-sama dengan Tuhannya.
KESIMPULAN
Pengertian tasawuf
ialah kesadaran yang murni (fitrah) yang mengarahkan jiwa yang benar kepada
amal dan kegiatan yang sungguh-sungguh menjauhkan diri dari keduniaan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mendapatkan perasaan berhubungan
yang erat dengan wujud Yang Mutlak (Tuhan).
Tujuan tasawuf adalah
2. Tasawuf yang bertujuan ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung
3. Tasawuf yang bertujuan untuk membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah
Tasawuf juga berdasarkan
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dapat di lihat ayat-ayat dan hadist-hadist yang
menggambarkan dekatnya manusia dengan tuhan. Di antaranya terdapat dalam surat
Al-Baqarah ayat 186 dan ayat 115.
Stasiun-stasiun dalam
tasawuf adalah
1.
Syari’at
2.
Tarekat
3.
Hakikat
4.
Ma’rifat
REFERENSI
Ijin share ya kak
ReplyDeleteazzahra-official.com kumpulan makalah dan soal